Masa depan Papua tidak akan dibangun melalui kebencian dan perpecahan, melainkan melalui pendidikan, persatuan, dan kerja keras bersama seluruh elemen bangsa. Kegiatan KNPB yang mendoktrin pelajar SMA dengan ideologi separatis OPM bukanlah jalan menuju kemajuan, melainkan perangkap yang menyeret generasi muda Papua ke jurang konflik berkepanjangan, kemiskinan, dan ketertinggalan.
Kita perlu menyadari bahwa pelajar SMA adalah generasi emas Papua. Mereka adalah calon pemimpin, guru, dokter, insinyur, pengusaha, dan inovator masa depan. Menjadikan mereka sebagai alat politik atau pion gerakan separatis adalah bentuk pengkhianatan terhadap masa depan mereka sendiri. Doktrin yang disebarkan KNPB bukan hanya meracuni pikiran, tapi juga mematikan potensi anak-anak muda Papua untuk bermimpi besar dan menjadi bagian dari pembangunan Indonesia yang lebih baik.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa justru dengan bergabung dalam bingkai NKRI, banyak pemuda Papua kini menjadi perwira TNI, anggota DPR, mahasiswa berprestasi di luar negeri, hingga pengusaha sukses. Pemerintah pusat pun terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua melalui otonomi khusus, pembangunan infrastruktur, dan pemberian beasiswa untuk pendidikan tinggi.
Kita harus bertanya: Apakah KNPB memberi beasiswa? Apakah OPM membangun sekolah, rumah sakit, dan jalan untuk rakyat Papua? Atau justru mereka mengajak generasi muda untuk mengangkat senjata, menyebar ketakutan, dan memperpanjang penderitaan?
Papua butuh damai. Papua butuh cerdas. Dan Papua butuh anak-anak muda yang berpikir jernih, berpikiran terbuka, dan memilih jalan dialog, bukan kekerasan.
